Cara kerja dan proses Additive Manufacturing
Manfaat teknologi Additive Manufacturing
Teknologi additive manufacturing sudah ada cukup lama dan memiliki beberapa sub teknologi mulai dari percetakan 3D, direct digital manufacturing (DDM), dan rapid prototyping. Teknologi ini sudah digunakan dalam beberapa sektor mulai dari industri retail, industri manufaktur hingga dalam seni rupa.
Cara kerja dan proses additive manufacturing memang cukup berbeda, karena additive manufacturing lebih fokus untuk menambahkan material baru dibandingkan dengan membuang material. Selanjutnya, proses metode manufaktur tradisional umumnya akan dilakukan dengan cara mengubah atau mengukir bahan mentah yang kemudian dibuang atau dihilangkan bagian-bagian yang ada pada barang tersebut, hingga menjadi bentuk yang diinginkan.
Sedangkan pada additive manufacturing, proses metode manufaktur yang digunakan sangat berbeda atau bisa disebut kebalikan dari metode tradisional. Proses produksi pada additive manufacturing adalah proses manufaktur dengan cara menambahkan ribuan lapisan kecil yang dikombinasikan untuk menghasilkan barang jadi atau finished products. Proses produksi manufaktur ini membutuhkan komputer tertentu dan software khusus yang bernama CAD yang memberikan informasi kepada printer tentang bentuk dan lapisan yang akan dibuat.
Cartridge yang akan digunakan dalam proses produksi menggunakan bahan yang bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan produksi. Selama proses produksi berlangsung lapisan demi lapisan akan dicetak.
Pada penerapan teknologi additive manufacturing, bahan-bahan yang digunakan dapat berupa gabungan dari bahan yang berbeda seperti penggabungan bahan baja dengan plastik, bahan padat dengan bahan cair dan lain sebagainya. Berikut beberapa proses teknologi additive maufacturing.
1. Sheet Lamination
Proses ini adalah yang paling sederhana dan paling tua dari manufaktur aditif. Teknik ini dilakukan dengan cara menumpuk lapisan-lapisan yang berbeda seperti penggabungan baja dengan plastik kemudian direkatkan dengan las atau bahan adhesif. Setelah direkatkan, bahan kemudian dipotong-potong menggunakan laser untuk membentuk barang jadi.
2. Granular Materials Binding
Metode ini menggunakan wadah yang berisi bahan atau butiran-butiran yang dipanaskan menggunakan sinar laser ke dalam bentuk solid dan dicetak secara berlapis-lapis. Jenis cara kerja metode ini adalah tergantung pada jenis bahan yang digunakan.
Juga cara pencetakannya yaitu disinter atau dilelehkan. Disinter berarti proses pembentukan barang tidak melampaui titik leleh, sedangkan dilelehkan berarti proses pembentukan dilakukan hingga melampaui titik leleh.
Misalnya saja selective laser sintering yang menggunakan bahan bubuk seperti nilon, keramik, atau kaca. Electron beam melting yang menggunakan butiran logam yang dipadatkan sehingga pembentukan menggunakan sinar elektron. Selective laser melting menggunakan bahan pasir logam seperti baja, titanium, krom, dan aluminium.
3. Light Polymerization
Proses ini mengubah bahan cair menjadi bentuk solid melalui pemurnian sinar ultraviolet. Sama seperti granular binding, light polymerization juga ditempatkan pada wadah. Salah satu proses yang paling sering digunakan adalah digital light processing dan stereolithography.
4. Extrusion Deposition
Teknik ini adalah teknik yang paling populer. Bahkan tidak hanya di industri manufaktur namun pada proses 3D printing rumahan. Cara kerjanya adalah bahan-bahan dilelehkan pada nosel yang akan bergerak ke atas-bawah dan menyamping dan membentuk desain utuh.
Bisa dibilang, proses ini adalah yang paling modern. Teknik ini biasanya digunakan untuk membuat produk baru yang belum pernah dibuat. Proses ini memungkinkan membuat objek dengan geometri dan rongga yang lebih kompleks.
Bahkan oleh para pakar, metode ini dianggap yang paling ramah lingkungan karena tidak memerlukan daya yang tinggi untuk mengoperasikannya.
Teknologi additive manufacturing bisa memproduksi barang-barang dengan bentuk yang lebih personal dan unik. Teknologi additive manufacturing mampu memproduksi lebih banyak desain dan produksi barang yang tidak bisa dibuat dengan teknologi manufaktur tradisional.
Sebagai contoh, jika Anda memiliki bentuk cekungan atau bentuk yang berlubang dan akan sulit untuk memproduksinya dalam pabrik bisa diproduksi dengan dengan teknologi additive manufacturing. Kelebihan proses produksi pada teknologi additive manufacturing adalah prosesnya cenderung lebih cepat jika dibandingkan dengan teknologi manufaktur tradisional.
Kelebihan teknologi additive manufacturing adalah hemat biaya karena proses revisi produksi bisa dilakukan secara lebih cepat tanpa harus melakukan produksi ulang. Selanjutnya, perubahan desain bisa dilakukan pada desain lama dengan menggantinya pada software dalam komputer.