Definisi dan Tujuan Manajemen Logistik
Dampak Digitalisasi dalam Logistik di Industri 4.0
Dampak E-Commerce terhadap Logistik
Manajemen logistik based on Industri 4.0
Secara umum pengertian manajemen logistik adalah suatu penerapan prinsip-prinsip manajemen dalam kegiatan logistik dengan tujuan agar pergerakan personil dan barang dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
● Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat (aditama, 2003).
● Sedangkan menurut Donald J. Bowersox dalam bukunya Manajemen Logistik (1978) menyatakan bahwa manajemen logistik adalah unik karena ia merupakan salah satu aktivitas perusahaan yang tertua tetapi juga termuda. Aktivitas logistik (lokasi fasilitas, transportasi, inventarisasi, komunikasi, dan engurusan & penyimpanan) telah dilaksanakan orang semenjak awal spesialisasi komersil. Sulit untuk dapat membayangkan sesuatu pemasaran atau manufakturing yang tidak membutuhkan sokongan logistik.
● Tujuan dari logistik adalah menyampaikan barang ke unit yang meminta dalam keadaan yang baik, tidak berkurang secara mutu, kualitas maupun jumlah. Tugas dan kegiatan logistik meliputi antara lain mengadakan pembelian, inventory, dan stock control, penyimpanan serta terkait dengan kegiatan pengembangan, produksi dan operasional, keuangan, akuntansi manajemen serta penjualan dan distribusi serta informasi (aditama, 2003).
● Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat, sehingga manajemen logistik mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan dengan ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efisien dan efektif (Subagya, 1994).
● Manajemen logistik merupakan bagian dari proses supply chain yang berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan keefisienan dan keefektifan penyimpanan dan aliran barang, pelayanan dan informasi terkait dari titik permulaan (point of origin) hingga titik konsumsi (point of consumption) dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan.
Definisi mengenai Digitalisasi Logistik dapat ditarik berdasarkan definisi digitalisasi dan logistik yaitu bahwa digitalisasi logistik merupakan rangkaian kegiatan logistik yang meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian aliran yang efisien dan efektif dari barang atau jasa dan informasi terkait mulai dari titik asal sampai titik penggunaan untuk memenuhi keperluan pelangganyang ditransformasikan ke dalam format digital.
Evolusi baru dari industri yang disebut Industry 4.0 dan teknologi terkaitnya seperti Internet of Things, big analitic data, dan system cyber-physical memiliki dampak potensial yang belum dapat diketahui dengan pasti dampak dan keberlanjutannya.
Penelitian yang dilakukan Kayikci pada tahun 2018, menyatakan bahwa digitalisasi diharapkan dapat menciptakan nilai yang jauh lebih besar bagi masyarakat dalam hal ekonomi. Dalam hal ini, bisnis, regulator dan pembuat kebijakan perlu berkolaborasi untuk memaksimalkan nilai bagi bisnis dan masyarakat yang lebih luas. Masalah keselamatan dan kesehatan juga dapat ditingkatkan dengan digitalisasi dalam logistik. Ia juga menyatakan bahwa digitalisasi dapat menjadi ancaman potensial terhadap pola tenaga kerja, oleh karena itu penerimaan digitalisasi secara penuh juga menjadi berkurang. Implikasi lingkungan dari digitalisasi paling berdampak pada pengurangan limbah, polusi, dan emisi gas rumah kaca.
Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan Barczaket pada tahun 2019 menunjukkan bahwa penerapan dan penggunaan teknologi digital akan menyiratkan perubahan dalam manajemen logistik, namun dampaknya bagi perusahaan akan beragam, tergantung pada jenis teknologi digital yang diterapkan. Oleh karena itu mereka berasumsi bahwa tidak semua teknologi digital membangkitkan minat yang sama bagi para spesialis logistik, sebab penerapan teknologi digital tersebut akan membawa serta efek berupa risiko yang belum diketahui. Menurut Ritteret jika digitalisasi tidak dimanfaatkan secara tepat dalam model bisnis, kemampuan digitalisasi perusahaan hanyalah akan menjadi pengeluaran tanpa ada pengembalian investasi. Oleh karena itu, penting untuk memetakan di mana dan bagaimana digitalisasi berdampak pada model bisnis yang diberikan.
Perubahan yang pesat dari lanskap e-commerce, memberikan tantangan dan sekaligus peluang baru bagi retailer. Menurut penelitian Forbes, bahwa pasar e-commerce tumbuh menjadi bernilai $ 6,7 triliun pada tahun 2020. Pemain besar e-commerce dunia seperti Ali Baba, Amazon, Jd.com, Rakuten, e-Bay, dan Walmart terus mengembangkan inovasi untuk menjadi nomor satu dalam ceruk pasar tersebut. Begitu pula pemain e-commerce terbesar di Indonesia seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Lazada, BliBli.com, Zalora, dan AliExpres berlomba-lomba memberikan promo menarik serta inovasi yang dapat memanjakan pelanggannya.
Para pemain ini baik pemain e-commerce global maupun domestik telah mendorong pertumbuhan industri e-commerce dan terus bertarung keras satu sama lain untuk meraih keuntungan yang tak ternilai. Perkembangan ini tentunya memberi pengaruh terhadap bisnis jasa logistik. Beberapa dampak tren e-commerce terhadap bisnis jasa logistik pada tahun, meliputi antara lain:
Perilaku konsumen terutama millennial yang menuntut pesanan mereka segera sampai pada hari yang sama, menyebabkan meningkatnya persaingan di antara pengecer dalam janji layanan. Milenium ingin agar pesanan mereka dikirimkan dengan cepat; terutama memesan untuk kepuasan yang instan. Produk-produk seperti makanan dan barang mewah (perangkat seluler dan elektronik lainnya) sangat populer dijual untuk pengiriman pada hari yang sama. Di sisi pemasok seperti Amazon dan perusahaan raksasa lainnya bekerja keras untuk menyediakan pengiriman pada hari yang sama (same day-delivery)sambil berupaya menciptakan hemat biaya. Menurut penelitian Business Insider, nilai pasar pengiriman pada hari yang sama pada akhir tahun lalu (2019) diperkirakan antara $ 3 dan $ 4 miliar. Penjualan ini mewakili segmen besar dari pelanggan yang bersedia membayar ekstra untuk pengiriman yang lebih cepat.
Menurut studi 100 tahun Stanford tentang kecerdasan buatan, teknologi Artificial Intelligent (AI) akan mendisrupsi dan mengambil alih pekerjaan layanan logistik. Penggunaan AI dan otomasi terjadi dalam pertukaran antara berbagai titik kontak dalam supply chain. AI dan otomatisasi dapat membantu e-commerce dalam melakukan pelacakan dan perekaman data mulai dari proses pemesanan, pengiriman dan pengembalian pada setiap rantai suplai. Sehingga membuat proses ini lebih akurat, cepat, dan mudah. Beberapa contoh antara lain Platform e-commerce menggunakan data yang dikumpulkan oleh chatbots untuk memahami preferensi pengguna dan melayani mereka dengan lebih baik dan lebih cepat. AI juga digunakan untuk optimalisasi rute, berdasarkan data alamat pengiriman dan jarak yang akan dicakup oleh driver pengiriman. Solusi logistik seluler menggunakan teknologi seperti geo-fencing dan AI untuk membuat pengalaman pengiriman dan pengembalian menjadi mulus dan hemat biaya, untuk pelanggan dan pengecer. Pelopor dalam industri transportasi seperti Mercedes Benz sedang mengerjakan dan menguji angkutan tanpa pengemudi untuk memotong biaya, meningkatkan akurasi dan keamanan, sementara juga meningkatkan pengalaman pelanggan. Dompet seluler seperti Google Pay memudahkan pelanggan melakukan pembelian melalui perangkat seluler. Pada tahun 2020, sebagian besar checkout dapat terjadi secara eksklusif melalui perangkat seluler.
Dikutip dari McKinsey (2016), digitalisasi supply chain memungkinkan perusahaan untuk memenuhi keinginan pelanggan, mengatasi tantangan di sisi pasokan, dan meningkatkan efisiensisuppy chain. Digitalisasi akan membawa Supply Chain 4.0, menjadi lebih cepat, lebih fleksibel, pengiriman yang lebih kecil, lebih akuran, dan lebih efisien. Lebih cepat: Layanan dibangun melalui basis big data. Dengan menggunakan big data, maka peramalan (forecast) permintaan dapat dilakukan dengan cepat dan akurat setiap minggu dan bahkan setiap hari. Peramalan dilakukan dengan menggunakan data analitic mulai dari data permintaan, tren pasar, cuaca, liburan hari besar, serta data status mesin untuk suku cadang permintaan. Sehingga dapat memberikan perkiraan permintaan pelanggan yang jauh lebih tepat.
● Lebih fleksibel: Perencanaan dapat dilakukan secara ad hoc dan real-time, Sehingga memungkinkan respon yang cepat terhadap perubahan permintaan. Proses pengiriman dapat dilakukan secara fleksibel, karena memungkinkan pelanggan untuk menentukan jasa pengriman yang mereka inginkan dan mengalihkan rute pengiriman ke tujuan yang paling nyaman.
● Lebih kecil: Permintaan pelanggan semakin banyak, produk individual semakin meningkat. Pengiriman akan berubah dari masifikasi (pengiriman barang besar/massif) ke atomisasi (pengiriman barang/paketpaket kecil). Konsep transportasi baru, seperti pengiriman drone untuk paket tunggal dan bernilai tinggi, memungkinkan perusahaan untuk mengelola jarak tempuh secara efisien.
● Lebih Akurat: Data dan informasi tersedia secara real-time dan transparan mulai dari hulu sampai ke hilir untuk setiap fungsi rantai pasokan. Data dan informasi tersediadari tingkat kinerja layanan keseluruhan, sampai data proses yang sangat terperinci, seperti di mana posisi yang tepat dari truk dalam jaringan. Data pemasok dan penyedia jasa terintegrasi di dalam supply chain cloud" Sehingga semua pemangku kepentingan dapat mengendalikan dan memutuskan berdasarkan fakta yang sama.
● Lebih efisien: Efisiensi dalam supply chain didorong oleh otomatisasi dalam tugas fisik dan perencanaan.Contohnya: penggunaan robot dalam pengelolaan gudang, penggunaan truk otonom tanpa awak (driver), optimisasi transportasi lintas perusahaan dengan metode sharing capacity /sharing assets.