PROYEKSI PIKTORIAL
A. Gambar Proyeksi
Gambar proyeksi adalah gambar atau ilustrasi yang digunakan untuk menggambarkan atau menunjukkan bagaimana suatu objek atau sistem akan terlihat atau berfungsi di masa depan. Gambar proyeksi sering digunakan dalam berbagai bidang, termasuk teknik, arsitektur, desain produk, dan manufaktur.
Gambar proyeksi umumnya dibuat menggunakan teknik proyeksi, yang merupakan metode untuk memvisualisasikan objek tiga dimensi ke dalam representasi dua dimensi. Teknik proyeksi yang umum digunakan adalah proyeksi ortografi, yang menggunakan garis-garis paralel untuk menggambarkan objek dari berbagai sudut pandang.
Gambar proyeksi membantu dalam merancang dan memvisualisasikan ide-ide dalam berbagai proyek dan membantu dalam komunikasi antara desainer, insinyur, dan pemangku kepentingan lainnya.
Dalam rangka mempresentasikan objek tiga dimensi dalam bidang dua dimensi, digunakan metode proyeksi. Pada Gambar 5.1 terdapat tiga titik yaitu A, B, dan C, dengan sebuah bidang datar P di antaranya. Jika kita menghubungkan titik A dengan titik B dan C menggunakan garis lurus, maka garis AB akan memotong bidang P di titik D dan garis AC akan memotongnya di titik E. Titik D dan E pada bidang P disebut proyeksi dari titik A. Garis lurus AB dan AC disebut sebagai garis proyeksi, sedangkan bidang P disebut sebagai bidang proyeksi dan titik A disebut sebagai titik pengamat.
Jika kita melihat sebuah objek dari titik pengamat O, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.2 (a), maka proyeksi objek ini pada bidang proyeksi P disebut proyeksi perspektif dan gambarannya disebut gambar perspektif. Jika titik pengamat berada pada tak terhingga, maka garis-garis proyeksi atau garis pandangan akan menjadi sejajar, seperti pada Gambar 5.2 (b). Dalam hal ini, metode proyeksi yang digunakan disebut proyeksi sejajar.
Dalam proyeksi sejajar, jika garis-garis proyeksi tegak lurus terhadap bidang proyeksi P, metode proyeksi ini disebut proyeksi ortogonal.
B. Gambar Pandangan Tunggal (Piktorial)
Gambar pandangan tunggal adalah gambar atau ilustrasi dari objek atau sistem yang ditampilkan dalam satu sudut pandang atau perspektif saja. Dalam gambar pandangan tunggal, hanya satu pandangan atau sudut pandang yang digunakan untuk menggambarkan objek secara keseluruhan.
Gambar pandangan tunggal biasanya digunakan untuk memberikan gambaran umum tentang objek atau sistem dengan fokus pada bentuk, proporsi, dan karakteristik utama. Gambar ini dapat digunakan dalam berbagai bidang seperti desain industri, arsitektur, teknik mesin, dan desain produk.
Tujuan dari gambar pandangan tunggal adalah untuk memberikan pemahaman visual yang jelas dan ringkas tentang objek atau sistem tersebut. Dalam beberapa kasus, gambar pandangan tunggal juga dapat digunakan untuk mempresentasikan detail-detail penting atau spesifik dari objek yang sedang diilustrasikan.
Gambar pandangan tunggal dapat dibuat dengan menggunakan teknik proyeksi, Metode proyeksi yang digunakan untuk gambar satu pandangan meliputi proyeksi aksonometri, proyeksi miring, dan proyeksi perspektif.
Dalam gambar pandangan tunggal, biasanya diindikasikan skala atau ukuran yang digunakan serta beberapa anotasi atau label untuk menjelaskan elemen-elemen penting dari objek atau sistem yang digambarkan.
a. Proyeksi Aksonometri
Proyeksi aksonometri adalah teknik proyeksi dalam gambar teknis yang digunakan untuk menggambarkan objek tiga dimensi ke dalam representasi dua dimensi dengan sudut pandang tertentu. Proyeksi aksonometri memberikan ilusi tiga dimensi pada gambar dengan mempertahankan proporsi sejati objek dalam semua arah.
Dalam proyeksi aksonometri, garis-garis paralel pada objek tetap paralel pada gambar, yang membedakannya dengan proyeksi perspektif di mana garis-garis yang sejajar dapat tampak bertemu pada satu titik hilang. Hal ini menjadikan proyeksi aksonometri lebih sederhana dan seragam, sehingga cocok digunakan dalam desain teknik dan desain produk.
Terdapat beberapa jenis proyeksi aksonometri yang umum digunakan, yaitu:
i. Proyeksi isometri
Proyeksi isometri adalah metode proyeksi yang digunakan untuk menggambarkan objek tiga dimensi dalam gambar dua dimensi dengan mempertahankan proporsi ukuran objek yang sebenarnya. Dalam proyeksi isometri, sudut pandang khusus digunakan, di mana tiga sumbu koordinat x, y, dan z membentuk sudut 120 derajat satu sama lain. Dalam proyeksi isometri, panjang sumbu pada gambar tetap proporsional untuk ketiga dimensi (panjang, lebar, dan tinggi), sehingga objek terlihat dalam proporsi yang akurat dari sudut pandang tertentu. Metode ini memberikan representasi visual yang tepat tentang bentuk dan ukuran objek dalam gambar. Proyeksi isometri sering digunakan dalam berbagai bidang seperti desain arsitektur, desain industri, dan bidang lain di mana penting untuk menunjukkan objek dengan akurasi proporsional.
ii. Proyeksi dimetri
Proyeksi dimetri adalah jenis proyeksi yang menggambarkan objek tiga dimensi dalam gambar dua dimensi dengan mempertahankan proporsi ukuran objek yang sebenarnya. Dalam proyeksi dimetri, dua sumbu utama pada gambar memiliki panjang yang proporsional terhadap objek sebenarnya, sedangkan satu sumbu lainnya diperpendek. Hal ini menghasilkan gambar yang memberikan pandangan yang lebih jelas terhadap dua dimensi utama objek, sementara dimensi ketiga cenderung lebih pendek atau diperkecil. Proyeksi dimetri digunakan dalam desain industri, ilustrasi teknik, dan bidang lain yang memerlukan representasi yang akurat dan mudah dipahami dari objek tiga dimensi dalam gambar dua dimensi.
iii. Proyeksi trimetri
Proyeksi trimetri adalah metode proyeksi yang menggambarkan objek tiga dimensi dalam bentuk gambar dua dimensi dengan menjaga proporsi ukuran objek yang sebenarnya. Dalam proyeksi trimetri, ketiga sumbu utama pada gambar memiliki panjang yang sesuai dengan objek aslinya. Sumbu koordinat x, y, dan z dalam proyeksi trimetri memiliki sudut yang berbeda satu sama lain. Dengan demikian, gambar yang dihasilkan memberikan pandangan yang seimbang dan menyeluruh terhadap objek dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Proyeksi trimetri sering digunakan dalam berbagai bidang seperti desain arsitektur, desain produk, dan ilustrasi teknik, di mana penting untuk memvisualisasikan objek tiga dimensi dengan detail dan proporsional dalam bentuk gambar dua dimensi.
Proyeksi aksonometri sering digunakan untuk mengkomunikasikan ide-ide desain, memvisualisasikan objek tiga dimensi, dan membuat gambaran umum yang mudah dipahami tentang suatu objek atau sistem.
b. Proyeksi Miring
Proyeksi miring, juga dikenal sebagai proyeksi kavalier atau proyeksi kabinet, adalah jenis proyeksi aksonometri yang digunakan dalam gambar teknis untuk menggambarkan objek tiga dimensi ke dalam representasi dua dimensi. Dalam proyeksi miring, sudut pandang objek condong atau miring, sehingga memberikan ilusi tiga dimensi pada gambar.
Dalam proyeksi miring, panjang garis pada sumbu x dan y direpresentasikan dengan skala penuh pada gambar, sementara panjang garis pada sumbu z direduksi dengan faktor tertentu untuk memberikan kesan kedalaman. Garis-garis pada objek yang sejajar dengan sumbu x dan y tetap paralel pada gambar.
Proyeksi miring dapat memiliki dua variasi, yaitu:
i. Proyeksi kavalier
Pada proyeksi kavalier, garis-garis pada sumbu z direduksi dengan faktor yang sama, biasanya sekitar 0,5 atau 0,707, tergantung pada sudut miring yang diinginkan. Hal ini menghasilkan sudut pandang yang lebih tajam dan garis-garis objek yang lebih panjang pada sumbu z.
Ciri-ciri proyeksi miring, khususnya dalam proyeksi kavalier, dapat mencakup hal-hal berikut:
Sudut Sumbu
Proyeksi miring memiliki sudut tertentu terhadap sumbu horisontal. Sudut umum yang digunakan adalah 30, 45, dan 60. Sudut ini menentukan kemiringan objek dalam gambar.
Skala Reduksi
Dalam proyeksi miring, ukuran garis pada sumbu z direduksi untuk memberikan kesan kedalaman. Skala reduksi ini tergantung pada sudut yang digunakan. Umumnya, faktor reduksi yang digunakan adalah 1/3, 1/2, atau 1/4, tergantung pada sudut kemiringan yang diinginkan.
Sumbu Koordinat
Proyeksi miring menggunakan sumbu koordinat x, y, dan z. Sumbu x dan y mewakili bidang datar, sedangkan sumbu z mewakili dimensi kedalaman. Garis-garis paralel pada objek yang sejajar dengan sumbu x dan y tetap paralel pada gambar.
ii. Proyeksi kabinet
Pada proyeksi kabinet, garis-garis pada sumbu z direduksi dengan faktor sekitar 0,5 atau 0,6, lebih kecil daripada dalam proyeksi kavalier. Ini menghasilkan sudut pandang yang lebih rendah dan garis-garis objek yang lebih pendek pada sumbu z. Proyeksi kabinet memberikan kesan lebih natural dan lebih estetis dibandingkan dengan proyeksi kavalier.
Proyeksi miring digunakan untuk menggambarkan objek dengan sudut pandang yang tidak sejajar dengan sumbu koordinat, yang memberikan ilusi tiga dimensi tanpa distorsi perspektif. Proyeksi miring sering digunakan dalam desain produk, ilustrasi teknik, dan gambar arsitektur untuk memberikan representasi visual yang lebih jelas dan mudah dipahami.
c. Proyeksi Perspektif
Proyeksi perspektif adalah teknik proyeksi dalam gambar teknis yang digunakan untuk menggambarkan objek tiga dimensi ke dalam representasi dua dimensi dengan mempertahankan perspektif visual yang sesuai dengan pengamatan mata manusia. Dalam proyeksi perspektif, garis-garis yang sejajar pada objek yang sebenarnya dapat tampak bertemu pada satu atau beberapa titik hilang (vanishing point) pada gambar.
Tujuan utama proyeksi perspektif adalah memberikan gambaran realistis dan akurat tentang bagaimana objek akan terlihat dalam keadaan tiga dimensi. Teknik ini berusaha meniru pandangan mata manusia yang mengalami perubahan perspektif saat melihat objek dari sudut pandang yang berbeda.
Beberapa jenis proyeksi perspektif yang umum digunakan adalah:
i. Perspektif Satu Titik Hilang (One-Point Perspective):
Dalam proyeksi ini, garis-garis sejajar pada objek tampak bertemu pada satu titik hilang yang berada pada garis pandang. Proyeksi ini sering digunakan dalam menggambarkan objek yang dilihat dari sudut pandang frontal.
ii. Perspektif Dua Titik Hilang (Two-Point Perspective):
Dalam proyeksi ini, garis-garis sejajar pada objek tampak bertemu pada dua titik hilang yang terletak pada garis pandang yang berbeda. Proyeksi ini sering digunakan dalam menggambarkan objek yang dilihat dari sudut pandang yang miring.
iii. Perspektif Tiga Titik Hilang (Three-Point Perspective):
Dalam proyeksi ini, garis-garis sejajar pada objek tampak bertemu pada tiga titik hilang yang dapat berada di berbagai posisi pada gambar, sesuai dengan sudut pandang yang kompleks. Proyeksi ini sering digunakan dalam menggambarkan objek yang dilihat dari sudut pandang yang sangat miring atau melihat objek yang kompleks seperti bangunan yang tinggi.
Proyeksi perspektif membutuhkan pemahaman tentang perspektif dan teknik menggambar yang cermat untuk mencapai hasil yang realistis dan sesuai dengan pandangan manusia. Teknik ini sering digunakan dalam seni, desain arsitektur, desain interior, ilustrasi, dan animasi untuk menciptakan gambaran yang mendalam dan realistis tentang objek tiga dimensi.
C. Aturan penyajian Gambar 3D
Dalam proses mengubah gambar 2D menjadi gambar 3D, ada beberapa langkah yang perlu diikuti untuk meminimalkan kesalahan dan memastikan informasi yang disampaikan secara akurat. Berikut adalah beberapa langkah yang harus dilakukan dalam mengubah gambar 2D menjadi gambar 3D:
a. Menentukan Proyeksi
Langkah pertama adalah menentukan jenis proyeksi yang akan digunakan. Hal ini penting untuk mengetahui aturan-aturan yang berlaku dalam proyeksi tersebut.
b. Menentukan Informasi Terbanyak
Tentukan sisi mana yang akan diberi prioritas dalam penggambaran. Pada umumnya, sisi depan yang memiliki informasi terbanyak akan dijadikan fokus utama.
c. Memulai Menggambar
Mulailah menggambar dengan menggunakan proyeksi ortogonal yang disediakan, baik itu dalam format Eropa atau Amerika. Proyeksi tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat kerangka tiga dimensi, dengan memperhatikan skala pemendekan dan ukuran proyeksi yang akan dibuat.
d. Melakukan Review
Lakukan review terhadap gambar 3D yang telah dibuat untuk memastikan kesesuaian dengan gambar 2D. Perhatikan keselarasan ukuran pada setiap pandangan untuk memastikan konsistensi.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, diharapkan gambar 3D yang dihasilkan dapat mencerminkan dengan akurat gambar 2D awal dengan memperhatikan perspektif dan detail yang diperlukan.