1. Mahasiswa mampu menganalisis Design Thinking seperti Ideate, Prototype, Testing
2. Mahasiswa mampu mengimplementasikan Design Thinking seperti Ideate, Prototype, Testing
Nah, setelah kemarin kita mempelajari tentang design thinking bagian Empathize dan Define, sekarang kita akan melanjutkan ke materi selanjutnya nih, yaitu Ideate, Prototype, dan Testing!
Ideate
(Fokus: Mengumpulkan ide-ide solusi.)
Proses ketiga yang berikutnya adalah Ideate, Di fase ini kalian dapat mencurahkan pikiran kreatif dan membuka cabang inovasi-inovasi baru yang dapat kalian kembangkan nantinya.
Di tahap ini juga, ide-ide kreatifitas kalian diasah untuk brainstorming, menghasilkan berbagai kemungkinan, menampung setiap ide yang bermunculan, sehingga banyak pula inovasi yang akan dihasilkan
Dan dengan tahapan yang seperti itu, bagaimana cara brainstorming untuk mendapatkan ide dengan cepat dan efektif sih?
Oke, kalian bisa menggunakan cara design sprint. Design sprint adalah proses menciptakan produk dengan cepat dalam waktu lima hari (normalnya hari kerja), Contohnya design sprint adalah seperti ini :
● Senin : pahami masalah yang terjadi Ketika kita membuat sebuah produk
● Selasa : memikirkan solusi dari masalah tadi untuk membuat produk yang baik dan mantap
● Rabu : Pilih Kembali salah satu solusi dari berbagai pilihan yang didiskusikan tadi dalam tim
● Kamis : Ciptakan produk dengan solusi terbaik yang kalian dapatkan tadi
● Jumat : Saatnya menguji produk yang sudah diciptakan ke konsumen!
Setelah kalian sudah memiliki banyak alternatif solusi, kalian harus memilih salah satu! Dan cara menentukannya yaitu pertimbangkan 3 perspektif ini ya!
● Layak Secara Teknis : produk menjalankan fungsinya dengan baik dan jika terdapat kendala segera perbaiki kendala tersebut
● Layak secara ekonomi : Kalian memiliki kemampuan untuk mengeksekusi ide produk ke lapangan
● Diinginkan oleh pengguna : pastikan produk kalian ini memenuhi kebutuhan pengguna, jangan sampai hanya memenuhi kenyamanan pribadi sedangkan melalaikan kebutuhan target pasar sebenarnya
Oke, Jika kalian sudah melalui tahap-tahap diatas, kalian selanjutnya akan membuat prototype berdasarkan sketsa ide pada tahap berikutnya!
Prototype
(membuat model solusi.)
Setelah bikin sketsa atau rancangan produk, sekarang saatnya buat versi awalnya yang lebih konkret, yaitu prototype atau mockup. Nantinya, kita bakal presentasi prototype/mockup ini ke tim kita.
Nah, kenapa kita dan tim perlu prototype/mockup ini?
Jadi, fungsi dari prototype dan mockup ini adalah buat ngebantu kita dan tim lainnya lebih ngerti konsep produknya. Dengan begitu, nantinya kita bisa eksekusinya dengan lebih mulus.
Oke, sekarang mari kita bahas satu per satu apa itu prototipe dan mockup.
Prototype itu kayak contoh awal dari produk yang kita buat buat ngetes konsepnya.
Gak perlu sempurna bentuk dan bahannya, yang penting fitur-fiturnya merepresentasikan ide dasarnya. Misalnya, bikin prototype tas dari kertas karton.
Kalo produknya digital, kayak website misalnya, kita bisa bikin pemodelan dengan mockup.
Mockup itu desain awal dari website yang sudah ada elemen-elemennya, warna, tulisan, dan lain-lain. Tapi, elemen dan menunya masih tetap gitu aja, gak bisa digerakin.
Intinya, bedanya mockup sama prototype itu mockup lebih simpel daripada prototype yang sudah interaktif.
Tapi, baik prototype maupun mockup sama-sama bisa bantu kita buat ngasih gambaran nyata tentang konsep produk yang kita pengen buat.
Dengan bikin prototype atau mockup ini, semua orang yang terlibat dalam pengembangan produk bakal lebih paham ide kita dengan lebih jelas.
Testing
(Melakukan pengujian terhadap solusi yang dipilih)
Sekarang, kita akan memasuki tahap pengujian. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan respons dan tanggapan dari pengguna terhadap produk yang telah kita buat.
Namun sebelum kita melangkah lebih jauh, ada langkah yang perlu kita lakukan terlebih dahulu. Prototype atau mockup yang telah kita buat perlu dieksekusi menjadi bentuk yang lebih nyata. Caranya cukup sederhana, kita dapat membuat Minimum Viable Product (MVP). MVP adalah produk yang memiliki fitur dasar yang sangat bermanfaat, meskipun bentuknya belum terlalu canggih.
Perbedaan utama antara MVP dengan prototype atau mock up adalah bahwa MVP benar-benar diluncurkan ke pasar. Dengan demikian, kita dapat mendapatkan umpan balik yang nyata dari konsumen yang akan membantu kita dalam pengembangan produk final.
Kita tidak perlu membuat produk yang kompleks untuk MVP ini. Kita bisa membuat MVP dalam bentuk yang sederhana, seperti sebuah website sederhana. Sebagai contoh, jika kita ingin membuka toko sepatu, kita dapat mencoba melihat tanggapan pasar dengan merilis sebuah toko sepatu online.
Namun, walaupun ini adalah tahap terakhir dalam proses design thinking, itu tidak berarti kita berhenti di situ. Tahap-tahap ini perlu kita ulangi dari awal. Tujuannya adalah untuk menghasilkan produk baru yang lebih sempurna, memperbarui fitur-fitur tertentu, serta mengevaluasi fitur-fitur tersebut agar berfungsi dengan lebih baik.
Pengujian produk adalah tahap yang penting dalam pengembangan sebuah produk. Dengan melakukan pengujian, kita dapat memperoleh informasi berharga mengenai bagaimana pengguna benar-benar berinteraksi dengan produk kita. Respons dan umpan balik yang kita peroleh dari pengujian ini akan menjadi landasan untuk membuat perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya.
Setelah kita memiliki prototype atau mockup produk, saatnya untuk menguji produk tersebut dalam bentuk yang lebih nyata dengan membuat Minimum Viable Product (MVP). MVP adalah versi produk yang memiliki fitur dasar yang sangat berguna, meskipun belum memiliki kecanggihan yang lengkap.
MVP berbeda dengan prototype atau mockup karena kita benar-benar meluncurkannya ke pasar. Hal ini memungkinkan kita untuk mendapatkan umpan balik yang nyata dari pengguna dan pelanggan yang akan membantu kita dalam mengembangkan produk final yang lebih baik.
MVP tidak harus menjadi produk yang rumit atau kompleks. Kita dapat membuat MVP yang sederhana, seperti sebuah website sederhana. Sebagai contoh, jika kita ingin membuka toko sepatu, kita bisa mencoba menguji pasar dengan merilis sebuah toko online yang sederhana.
Namun, meskipun pengujian ini merupakan tahap terakhir dalam proses design thinking, hal itu tidak berarti kita berhenti di situ. Kita perlu mengulangi seluruh tahapan ini dari awal. Tujuannya adalah untuk menciptakan produk baru yang lebih sempurna, memperbarui fitur-fitur tertentu, dan mengevaluasi fitur-fitur agar dapat berfungsi lebih baik.
Pengulangan
tahapan ini adalah penting karena pengembangan produk
Oke,
untuk quiznya, kalian bisa membuat design sprint dengan proses menciptakan
produk dalam waktu lima hari (normalnya hari kerja) ya!