Push and Pull Production System
A. Konsep Push dan Pull
Memahami Pull dan Push System dalam Industri Manufaktur Pull, Push dalam kamus bahasa berarti tarik, dorong. Jika membicarakan Lean Manufacturing dan Just In Time (JIT), rasanya dua kata ini sangat erat kaitannya.Dibanding Push System, Pull System yang lebih menjadi pusat perhatian dalam implementasi JIT. Pull merupakan proses operasi mulai dari tahap pembelian hingga delivery customer yang hingga saat ini dianggap modern dan bisa mengikuti arah pasar. Sedangkan istilah yang satunya, yaitu Push system, merepresentasikan sebuah sistem operasi tradisional dan conservative, identik dengan aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah atau istilahnya"waste". Untuk menghindari stock out , manajemen menentukan tingkat volume pembelian material dan level of inventory , tidak berpedoman pada turunnya Purchase order (PO)customer. Sebagai acuan yaitu forecasting atau peramalan tingkat penjualan.
B. Push System
Push system (Sistem dorong) adalah suatu sistem produksi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan cara membuat stock barang untuk mengantisipasi permintaan barang yang sulit diprediksi. Sistem push biasa diasosiasikan dengan sistem MRP (material requirements planning) sehingga kegiatan manufaktur direncanakan berdasarkan peramalan pasar (market forecast) daripada permintaan pelanggan yang sebenarnya. Push system terjadi saat perusahaan dapat memproduksi barang dalam jumlah besar (mencapai economies of scale) yang nantinya akan didistribusikan kepada konsumen.
Pengambilan keputusan biasanya menggunakan mekanisme MRP, Gambar di bawah ini menunjukkan siklus standar MRP untuk perencanaan kebutuhan kapasitas atau CRP (capacity requirements planning). Pada tahapannya, perencana menggunakan teknik lot-sizing yang menentukan kuantitas order. Sistem seperti ini memang mengoptimalkan utilisasi tapi mengabaikan efektifitas.Sistem push bekerja berdasarkan data historis seperti data permintaan (demand) sebelumnya. Manufaktur memutuskan terlebih dahulu berapa banyak jumlah item yang harus diproduksi kemudian berharap itemitem ini sesuai permintaan pasar tanpa menyebabkan kelebihan persediaan.
C. Kelebihan Sistem Push
1. Menggunakan pendekatan umum dalam manajemen operasi.
2. Sangat baik untuk melayani permintaan berfluktuasi. Manufaktur dapat menyimpan produk jadi untuk mengantisipasi permintaan atau dapat menciptakan permintaan baru dengan memasok produk dalam persediaan barang jadi.
3. Manufaktur mengendalikan kecepatan pengembangan produk. Setiap perubahan desain hanya dilakukan bila desain saat ini sudah benar-benar usang atau ketinggalan zaman.
4. Mempunyai skala ekonomis dalam pembelian dan produksi.
5. Pelayanan pelanggan yang lebih baik dengan lead time lebih pendek dan lebih dapat diandalkan.
6. Mengurangi komponen biaya pesan/setup dalam biaya persediaan.
7. Memungkinkan untuk perencanaan dan penyelesaian perakitan kompleks karena sub-sub komponen dikirim hanya oleh kebutuhan yang dijadwalkan.
8. Efisiensi dalam produksi yang lebih besar karena ada perencanaan kuantitas order, menghemat change-over antar produk, dan meminimalkan gangguan akibat perubahan permesinan.
9. Kerumitan untuk mengoptimalkan efisiensi biaya persediaan menggunakan heuristik terbantu oleh ketersediaan software-software MRP/ERP.
D. Kelemahan Sistem Push
1. Ketidakpastian, ketidakpastian peramalan penjualan produk akhir di masa depan dan ketidakpastian estimasi lead time produksi dari satu level ke level yang lain.
2. Perencanaan kapasitas, masalahnya adalah meskipun ukuran lot pada level tertentu tidak melebihi kapasitas produksi, tapi tidak ada jaminan ketika ukuran lot diterjemahkan ke kebutuhan kotor (gross requirements) berada pada level terendah.
3. Horison perencanaan, lingkungan perencanaan produksi dalam prakteknya adalah dinamis. Sistem MRP mungkin harus mengulangi setiap periode dan keputusan produksi dievaluasi ulang.
4. Lead time bergantung pada ukuran lot, lead time sering dianggap tetap dalam sistem MRP.Yang diharapkan lead time meningkat seiring meningkatnya ukuran lot.
5. Proses produksi tidak selalu sempurna, asumsi yang dibuat dalam MRP adalah tidak ada cacat produk. Kerugian karena cacat produk secara serius dapat mengganggu keseimbangan produksi.
6. Data terintegrasi, jika ada kesalahan dalam data persediaan, maka output data BOM (bill of material) atau data MPS (master production schedule) juga akan salah.
7. MRP mengabaikan kerugian akibat cacat atau downtime mesin.
8. Dalam aliran produk membutuhkan perhatian lebih untuk menjaga efektivitas aliran produk.
E. Pull System
Pull system atau sistem tarik adalah suatu sistem produksi yang dilakukan dengan menarik segala sumber daya (material, mesin, mabusa) untuk membuat produk yang hanya sesuai dengan permintaan customer saja. Pull system sangat cocok bagi perusahaan yang ingin menerapkan lean manufacturing, karena pull system hanya fokus pada hal yang diminta oleh pelanggan. Hal ini akan mengurangi pemborosan-pemborosan yang tidak perlu seperti kelebihan produksi, kelebihan inventory serta kelebihan proses.
F. Kelebihan Sistem Pull
1. Menghilangkan kompleksitas penjadwalan.
2. Mengurangi persediaan barang dalam proses (WIP).
3. Memiliki persediaan yang lebih rendah, ini berarti pengurangan ruang penyimpanan yang menghemat biaya sewa gudang dan asuransi.
4. Persediaan hanya dihasilkan ketika dibutuhkan, modal kerja yang rendah diinvestasikan dalam persediaan.
5. Berkurangnya kekhawatiran persediaan akan terbuang karena usang atau ketinggalan zaman.
6. Menghindari penumpukan produk jadi yang tidak terjual yang dapat terjadi karena adanya perubahan mendadak dalam permintaan.
7. Menyediakan suatu sistem bersama untuk perpindahan material diantara fasilitas produksi.
8. Mendorong unit produksi untuk melaksanakan preventive maintenance (PM) yang mengurangi downtime mesin.
9. Berkurangnya waktu untuk inspeksi kualitas dan pengerjaan kembali produk (rework)
G. Kelemahan sistem pull:
1. Setiap pekerjaan adalah order dengan tekanan yang tinggi (rush order).
2. Reaksi waktu yang lama untuk perubahan dalam permintaan, karenanya sistem pull akan sangat baik jika menggunakan penjadwalan heijunka.
3. Terdapat sedikit ruang untuk kesalahan ketika stok minimal disediakan untuk pengerjaan kembali produk yang rusak.
4. Produksi sangat bergantung pada pemasok dan jika persediaan tidak dikirimkan tepat waktu, jadwal seluruh produksi dapat tertunda (delay).
5. Persediaan dilimpahkan atau didorong ke pemasok.
6. Membutuhkan keandalan dan kelincahan pemasok yang lebih tinggi.
7. Akan sulit jika terdapat banyak pemasok terutama jika salah satu pemasok memiliki daya tawar yang lebih tinggi tapi tidak mau masuk dalam sistem pull yang diterapkan manufaktur.
8. Tidak ada cadangan produk jadi yang tersedia untuk memenuhi order tak terduga, karena semua produk dibuat untuk memenuhi order yang sebenarnya.
9. Mengabaikan pola permintaan di masa mendatang
H. Perbandingan Pull dan Push System
Dalam manufacturing, Pull System dan Push System kurang lebih memiliki arti sebagai berikut :
a. Venkatesh (1996) menyatakan pada sistem push, sebuah mesin melakukan proses produksi tanpa harus menunggu permintaan dari mesin yang akan melakukan proses berikutnya. Sebaliknya pada sistem pull, sebuah mesin melakukan proses produksi hanya jika ada permintaan dari mesin yang akan melakukan proses selanjutnya.
b. Goddard dan Brooks (1984), sistem push dan pull diasosiasikan dengan aliran informasi. Mereka mendefinisikan push sebagai aksi untuk mengantisipasi kebutuhan, sedangkan pull sebagai aksi untuk melayani permintaan.
c. Villa dan Watanabe (1993) menggambarkan kaitan sistem push dengan proses manajemen dalam upaya mengurangi resiko stock-out, sedangkan sistem pull sebagai suatu proses produksi yang mengalir dengan ekspektasi inventori sekecil mungkin.
Contoh dari pull dan push system adalah pada pull , sebuah mesin melakukan proses produksi hanya jika ada permintaan dari mesin yang akan melakukan proses selanjutnya. Sebaliknya pada push system, sebuah mesin melakukan proses produksi tanpa harus menunggu permintaan.
Namun sebenarnya tidak ada industri yang menerapkan salah satunya secara terpisah. Mengapa ? karena semua material memiliki karakteristiknya masing-masing, kita tidak bisa menerapkan sistem push pada produk pakaian jas pernikahan karena, customer menginginkan pakaian yang sangat sesuai dengan tubuhnya begitu juga kita tidak dapat menerapkan sistem pull pada pembuatan mobil, karena ada beberapa material yang membutuhkan waktu lama terlebih dahulu untuk diproses, jika kita menerapkan sistem pull malah akan meningkatkan lead time proses pemberian kepada customer.
Contoh lainnya adalah industri sepatu yang memiliki kontrak memproduksi sepatu Nike, Adidas, Reebok, Mizuno, Fila, New Balance, dan branded shoes yang lain adalah bentuk industri yang menerapkan konsep Make To order (MTO) dengan sempurna, perusahaan-perusahaan ini tidak akan memproduksi sepatu yang belum dipesan. Karena produksi sepatu sangat tergantung dengan season ( musim ), Gender ( men, women), Usia ( baby, child, mature ),ditambah lagi dengan syarat Size ( ukuran ), dan spesifikasi unik lainnya yang rasanya sulit bagi mereka untuk sengaja membuat stock finish good. Apakah perusahaan Sepatu Menerapkan Pull System secara murni ?Jawabnya tidak! Karena ternyata beberapa material harus di order berdasar karakteristik ini,akan tetapi bagaimana dengan material rubber atau bijih plastik untuk proses molding atau injection membuat outsole, leather, PU Synthetic, Textile, Solvent & Chemical, benang, dll.Sekali lagi, beberapa material tetap harus memiliki stok inventory dalam batas optimum untuk memberikan jaminan kelancaran suplai saat proses produksi.
Kesimpulannya menempatkan Push dan Pull system dalam sudut yang berbeda adalah kemustahilan. Ibaratkan kita dipaksa untuk mengakui bahwa didunia ini hanya ada warna primer, yaitu merah, biru dan kuning. Kenyataannya? Masih ada warna- warna hasil kombinasi ketiganya. Analogi ini tepat untuk menggambarkan posisi Pull & Push System, kombinasi optimum keduanya akan menghasilkan model-model turunan lain mengikuti karakteristik proses masing-masing manufacturing. Disinilah peran dari Production Planning Inventory Control (PPIC)